Selasa, 07 Juli 2009

JIKALAH PADA AKHIRNYA……..

Ada 3 hal besar yang perlu jadi renungan….
Satu…
Bisa jadi saya kurang kuat berusaha, kurang tekun menjalani, kurang sabar melewati tantangan, mudah capek, mudah putus asa, mudah ngambek, mudah patah arang. Padahal mungkin saja usaha saya belum ada apa-apanya dibanding mereka yang berhasil meraih impiannya.

Kedua…
Bisa jadi impian saya terlalu tinggi sementara modal dan pemahaman terhadap impian sangat pas-pasan, tidak sesuai dengan kapasitas. Bermodal semangat saja tidaklah cukup untuk meraih impian. Alih-alih dapat merealisasikan impian, semangat yang terlalu besar menjadikan kita terlalu ambisius karena terobsesi terus stress.

Ketiga…
Takdir. Apa yang saya impikan adalah apa yang saya ketahui baik untuk saya pada waktu itu. Namun, semestinya saya menyadari, bahwa Alloh jauh lebih tahu apa yang baik bagi saya dan apa yang tidak. Alloh telah menetapkan sesuatu bagi hambanya sesuai dengan ukuran dan kapasitasnya. Kita hanya diperintahkan untuk berusaha semaksimal mungkin, usaha itu tidak sia-sia, karena ia akan dinilai sebagai amal meskipun kita tidak memperoleh hasil dari usaha itu.

Ketika Alloh telah menampakkan realitas hidup, saat itulah kita harus berdamai dengan hati, berdamai dengan kenyataan, tawakal, berserah diri, agar tak seperti gadis trendy yang saya temui setiap hari, selalu terobsesi hingga pada akhirnya hidup dalam dunia mimpi.
Saya hanya minta mohonkan satu saja:

• Agar saya kuat, tegar dan benar menjalani semua takdir-Nya hingga ketika saya tiba pada batas usia saya, saya dapat mengakhirinya dengan manis, baik, indah dan mempesona.
Kawan… tolong mohonkan itu pada Tuhan…!!!!!!
Tuhan… mohon kabulkan do’aku, amieeeeen…..!!!

• INIKAH PADA AKHIRNYA…?????????

Kawan….pernahkah kau merasakan sebuah penderitaan yang sangat..????barangkali rasanya seperti ingin mati saja, ya..???!!!
seperti apa sich, rasanya ditinggal oleh seseorang yang kita cintai..?? mungkin kita akan meratap berhari-hari, mengenang masa-masa bersamanya dan berharap semuanya yang telah berlalu kembali lagi, berangan andai mereka tak pernah pergi meninggalkan kita..

Kawan…. bagaimana diliputi benci dan kemarahan..??? ah…. seperti mau meledak dada dan kepala saja. Inginnya memuntahkan segala kekesalan sepuas-puasnya. Kawan.. pasti kita pernah gagal. Saat itu, rasanya dunia sudah tertutup buat kita. Tak ada lagi semangat apalagi tekad. Kitapun mandeg, malas untuk bergerak lagi. Kawan… semua kita pernah berbuat dosa. Sering kita sadardan menyesal, tapi kita tak sanggup keluar dari padanya.

Kawan… aku percaya, ketika waktu terus berjalan dan semua itu berlalu, engkau akan melihat pemandangan yang berbeda. Bisa jadi, engkau merasakan penderitaanmu dulu tidak sehebat yang kau kira, masih banyak orang lain yang menderita. Mungkin saja engkau akan melihat kemarahan dan kebencianmu tidaklah beralasan. Sangat boleh, kegagalanmu belum ada apa-apanya. Barangkali kesalahan dan dosa itu akan membuat kita bisa melihat dan menghayati kebenaran.
Kawan.. seiring waktu yang berjalan, pikiran kita tumbuh. Perasaan kita berubah. Jika demikian halnya, maka mengapa kita biarkan diri tenggelam sedangkan ia akan menjadi masa lalu pada akhirnya…???

Lalu….????

Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti menjalaninya dengan sepedih rasa, sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nanti.

Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa tidak dinikmati saja, sedang ratap tangis tak akan mengubah apa-apa.

Jikalah luka kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa, sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama.

Jikalah benci dan marah akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti diumbar sepuas rasa, sedang menahan diri adalah lebih berpahala.

Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti tenggelam di dalamnya, sedang taubat itu lebih utama.

Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti ingin dikukuhi sendiri, sedang dermawan justru akan melipat gandakannya.

Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti membusung dada, sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia.

Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama, sedang memberi akan lebih banyak memiliki arti.

Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti dirasakan sendiri, sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna.

Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka, sedang begitu kebaikan bisa dicipta.

Suatu hari nanti, saat semua telah menjadi masa lalu, aku ingin ada diantara mereka yang bertelakan di atas permadani sambil bercengkrama dengan tetangganya, saling bercerita tentang apa yang telah dilakukannya di masa lalu hingga mereka mendapat anugrah itu.

Suatu hari nanti, ketika semua telah menjadi masa lalu, aku tak ingin di antara mereka yang berpeluh darah dan berkeluh kesah; “ andai di masa lalu mereka adalah tanah saja…???!!!”.

Karya Azzulla

Read More......