Selasa, 28 Agustus 2007

Mencari Pesantren Yang Berkualitas

Seorang ibu sedang kebingungan untuk mencari sekolah yang tepat utuk anaknya melanjutkan, perlu diketahui ibu ini adalah seorang guru di sebuah SMP Negeri di Ciamis. ibu ini memiliki kreteria sekolah untuk tempat anaknya melanjutkan, kreterianya adalah sekolah tersebut harus aman dari pengaruh narkoba yang sudah menjadi tren anak gaul bagi pelajar saat ini, kemudian sekolah itu dapat mendidik moralitas anak dengan baik dan tentu saja sekolah yang berkualitas pendidikannya dan berprestasi. tampaknya ibu guru tersebut tidak melihat kreteria sekolah yang ia mksud di sekolah umum bahkan ditempat dia memberi ilmu. lalu mulailah siibu terdebut meminta saran kepada orang ayang dianggap olehnya memiliki imformasi yang ia maksud.

Di tengah dan blogerpun di menjadi sasara pertanyaan tersebut, dengan agak berpikir dan mencoba memahami keinginan ibu tersebut, blogger menjawab "tempat yang tepat sesuai dengan kreteria ibu adalah pesatren" di luar dugaan ibu itu tertawa, da berwajah agak kecewa atas jawaban saya. Ukh.. pesantren saya ini mengiginkan anak saya dapat melanjutkan ke SMA Negeri dan melanjukan ke Perguruan Tinggi yang berkualitas, apabila dimaksukkan kepesantren mana bisa anak saya bersekolah disana.

ini sebagian gambaran masyarkat terhadap lembaga pendidikan asli Indonesia ini. Dalam sejaha pendidikan Indonesia bahwa pendidikan yang adapat dicapai oleh masyarkat Indosia pada waktu itu adalah pesantren, karena lembga pendiaikan yang didirkan olah Belanda hany fapat dinikmati oleh para bangsawan dan para demang, sedangkan rakyat jelata tidak diperkenankan bersekolah disana, selain mahal rakyat Indonesia yang sudah dianggap oleh penjaja sebagai Inlander tidak layak bersekolah disana.

melihat penomena itu pra alim ulama yang ada di negeri ini tidak membiarkan rakyat terutama umat Islam menjadi umat terbalakang, karena memang salah satu misi ama Islam adalah menghilangkan segala bentuk kebodohak dan segala macam bentuk keterbelakangan. Mulailah para kiyai ini mengumpulkan masyarakat diundang kerumah mereka untuk mendalami ilmu diin. Semakin banya partisipasi masyarakat terhadap pembelajaran tersebut akhirny dibentuk surau-surau atau langgar sebagi tempat pembelajaran dan pada akhirnya didirikanlah bentuk pesatren yang ada semacam sekarang ini.

semakin bertambahnya usia dinia ini tampaknya semakin banyak pula kebutuhan hidup yang harus dipenuhi manusia, supaya pendidikan agama ini dapat balance, maka dipesantrepun diajarkan ilmu-ilmu selain ilmu agama (walaupun secara filosofis ilmu itu milik Allah), akan tetapi memang kebanyakan wilayah kualitas pendidikan ini masih harus diusahakan secara maksimal oleh pengelolah pesantren saat ini. kita tidak bisa menutup mata bahwa banyak tokoh nasional kita adalah out put dari pesantren. pertannyaannya bisakah pesatren menghasikan kembali orang-orang menjadi panutan masyarakat seperti dulu.

jagan sampai animo masyarakat terhadap pesantren menjadi tidak baik. hal ini harus menjadi bahan intreoperksi bagi kita semua. terutama pengelola pesantren, ka;au perlu ini di jadikan pembicaraan yang serius, tantangan global sangat membutuhkan icon masyrakat yang berwawasan dan berakhlaq baik. jauhkan indeksitas pesantren yang negatif, dengan meyodorkan pofil yang baik, pendidikan yang berkualitas, para alumni siap guna dan berakhlak mulia. wallahu'alam.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

oh pondokku mutiaraku.....hehhehe
begitulah waktu aku di pondok nurussalam suka duka aku jalani bersama
berkat pondokku itu aku mendapatkan ilmu yg mana sebelum nya aku blm mengetahui sama sekali apa arti islam sebenar nya
Terima kasih pondokku .....tak akan ku lupakan kenang-kenanganmu bersamaku

apipfirmansyah mengatakan...

bagus n dashsyat

Unknown mengatakan...

Sepi pengunjung...